Selasa, 25 September 2018

Otobiografi



 

Namaku Hairul. sebuah nama yang diberikan mamah dan bapak untukku. Aku lahir disebuah kampung kecil yang bernama Paren, tepatnya tanggal 14 Desember 1999. Aku adalah buah dari pasangan Sadian Ita. Aku dibesarkan oleh kedua orangtuaku disana, tepatnya di Kampung Paren, Desa Paren Kecamatan Danau Sembuluh, Kalimantan Tengah.

 
Sewaktu aku masih kecil, aku sering dipanggil dengan sebutan Sahrul, karena menurut mamah nama panggilan itu cocok untukku. Ketika aku masuk SD, ternyata aku duduk dengan seseorang yang namanya sama dengan nama panggilanku, yaitu Sahrul. Tapi, itu memang nama asli dia. Dan semenjak saat itu Mamah mengganti nama panggilanku dengan Sahril, alasannya sangat sederhana, supaya ketika Mamah manggil tidak nengok dua-duanya, haha lucunya Mamahku ini. sebetulnya hurufnya cuman itu-itu saja, hanya diubah penempatannya yaitu dari Sahrul menjadi Sahril. Ah entahlah, aku sih tidak terlalu mempermasalahkan soal nama panggilanku, mau dengan sebutan apapun orang memanggilku ya terserah mereka.
Nah, ketika aku masuk SMP, saat MOS aku Memperkenalkan diri dengan nama panggilan Sahril. Alhasil, semenjak saat itu orang memanggil aku dengan sebutan Sahril, Sampai-sampai teman lamaku pun yang tadinya memanggilku Sahrul mereka ikut-ikutan memanggilku Sahril. Tetapi ada juga sih yang memanggilku Messi, kerna aku orangnya hobby olahraga dan sering ikut tanting di piala bupati dan banyak penggemar, pokonya banyak teman-temanku memanggilku dengan sebutan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan nama lengkapku.
Lulus SMP lanjut ke SMA, akupun memiliki nama panggilan yang baru, ini agak lucu menurutku, berhubung aku memiliki postur tubuh yang kecil, akhirnya mereka memanggilku dengan sebutan Ucil. Mau tahu Ucil itu singkatan dari apa? Ucil adalah Sahrul Kecil. Duh, mau tidak mau yaudah aku terima saja, memang benar adanya, dari 40 orang siswa di kelas, hanya aku yang memiliki postur tubuh yang kecil dan pendek pula. Tapi aku tidak pernah mempermasalahkan itu, mungkin itu panggilan akrab mereka untukku.
Berbicara tentang tinggi badan, aku memiliki tinggi badan sekitar 150 cm. Wajarlah orang memanggilku dengan sebutan Ucil. Memang ketika aku masih duduk di bangku kelas X SMA, berat badanku hanya 38 kg. Dan yang lebih parah, ketika aku SMP tinggi badanku hanya 148 cm, dulu aku selalu positif thinking mungkin suatu saat nanti aku bakalan tinggi. Tetapi, Faktanya aku hanya naik 2 cm, padahal semenjak saat itu aku rutin olahraga dan selalu minum susu tiap pagi dan malam. yasudahlah, mungkin karena faktor gen yang ayah wariskan kepadaku.
Aku memiliki bentuk wajah yang bulat, pipi sedikit mengembang dan hidung yang tidak juga mancung dan tidak juga pesek yah sedang lahh. Aku memiliki mata yang sipit, dan aku memiliki bentuk rahang yang sedikit maju kedepan, kalau dalam bahasa dayak dikenal dengan sebutan enget, dan aku memiliki gigi gingsul, menurut kebanyakan orang, yang memiliki gigi gingsul itu cantik, tapi tidak menurutku.
Aku memiliki bentuk telinga sama seperti orang pada umumnya, hanya saja yang membedakan adalah aku memiliki tahi lalat di belakang telinga, ketika aku sedang nyisir rambut dan orang melihatnya, pasti mereka berpikir itu adalah kutu, padahal kenyataannya itu adalah tahi lalat.
Aku memiliki rambut yang lebat dan hitam sekali, dan aku memiliki bentuk kaki sana seperti orang biasa. Warna kulitku standar, tidak terlalu hitam dan tidak terlalu putih atau orang-orang sering menyebut dengan warna sawo matang.

Aku  termasuk orang yang banyak makan tetapi susah gemuk, dari SMP sampai sekarang Aku sudah lulus SMA, tinggi dan berat badan aku hanya naik sedikit saja. Berat badanku saat ini adalah 40 kg, lumayan agak gemuk dari sebelumnya, Disamping kelebihan dan kekurangan yang ada pada diriku, aku tetap bersyukur karena banyak orang diluar sana yang tidak seberuntung aku memiliki tubuh yang tanpa cacat sedikitpun.


Aku dilahirkan dari keluarga yang sangat sederhana, harmonis dan penuh kasih sayang. Ayahku bekerja sebagai karyawan suwasta disebuah perusahaan kebun kelapa sawit, sebagai buruh. Begitu juga dengan Ibuku selain sebagai ibu rumah tangga, ibu juga berkerja sebagai wirasusta sama seperti ayah. Sebelumnya ibuku belum berkerja di perusahaan, ibu Cuma membuat suatu usaha di rumah dangan membuat nasi bungkus setiap pagi, dan ibuku menyuruh aku untuk menjualnya di sekolah. Sejak kecil aku di ajarkan mendiri supaya aku tidak manja sampai dewasa. Setiap hasil julan ibu memberi ku uang yang mana uangnya biar aku tabung untuk membeli perlengkapan sepatu. Aku belajar jualan dari SD sampai aku lulus SMP, dan hasilnya bisa beli sepeda sendiri.
Namun walaupun kami hidup dengan sederhana tapi kami hidup dengan bahagia. Kedua orangtua kami mendidik kami dengan baik dan penuh dengan kasih sayang. Aku adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Kakakku yang pertama bernama Hairun. Usianya saat ini menginjak 23 tahun, kakakku yang pertama sudah menikah pada 19 Mei 2018 dan sudah memiliki perkerjaan juga, kakaku yang pertama berkwerja di sebuah perusahaan kebun kelapa sawit yang mana di tempat ayah sama ibuku berkerja. Dia berkerja sebagai kerani tranpot dan pengiriman buah.
Kakakku yang kedua bernama Hernisa, umurnya 22 tahun dan dia juga telah menikah dengan seorang laki-laki asal Pelangkaraya yang bernama Suparmanto, mereka telah menikah pada tanggal 09 september 2018 gak beda jauh sama kakaku yang pertama pernikahan mereka, kakaku juga udah berkerja menjadi kepala sekolah Paud. Saat masih kecil kami bertiga sering berantam setelah mereka sudah menikah semua aku merasa kesepian. Kerna di rumah tinggal aku bersama ayah dan ibu.
Keluarga kami termasuk keluarga yang lumayan taat beribadah, dari kecil saya sudah diajarkan mama untuk selalu melaksanakan sholat lima waktu. Waktu kecil dan sampai sekarang setiap adzan datang, mamah selalu menyuruhku segera melaksanakan sholat karena mamah mengatakan jika melalaikan sholat berarti kita meruntuhkan tiang agama Islam dan termasuk kedalam golongan orang-orang kafir.
Aku bangga akan pengorbanan mereka untukku dan aku sayang dengan mereka. Karena tanpa mereka aku tidak akan pernah tahu seperti apa bentuk dunia ini, tidak akan tahu seperti apa cinta dan kasih sayang darinya, dan tidak akan pernah merasakan yang namanya hidup. Aku beruntung memiliki keluarga seperti ini


17 tahun yang lalu aku dilahirkan. Dibantu oleh Bidan kampung, karena pada saat itu dokter masih sangat jarang dikampungku, bahkan sekalinya ada pun jarak antara rumahku dengan rumah sakit sangat jauh. Alhasil, kami bertiga dilahirkan dengan bidan kampung disekitar tempat tinggal kami.
Paren adalah tempat dimana aku dilahirkan. Aku dilahirkan pada tanggal 14 Desember 1999, hari Jum`at tepat pukul 12.00 WIB siang tepat dengan shalat jum`at. Aku lahir secara normal dan tanpa hambatan apapun. Segala puji bagi Allah yang telah menitipkan aku pada sosok seseorang yang sangat luar biasa. Seseorang yang berjiwa malaikat, sosok yang tanpa pamrih merawat dan menjagaku dari mulai aku berada dalam kandungan sampai aku bisa melihat indahnya dunia untuk pertama kalinya. Dan sosok seseorang itu adalah mama.
Dulu ketika aku lahir, yaitu tahun 1999 sedang terjadi krisis ekonomi, semua serba susah, BBM melonjak naik. Dan menurut cerita yang aku dengar dari mama, pada bulan Mei tahun 1999 terjadi kerusuhan. Kerusuhan tersebut adalah kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia khususnya di Kalimantan dan katanya terjadi di beberapa daerah lainnya. Entah apa latar belakangnya, karena mama tidak menjelaskan secara detail.
Hal yang paling menyedihkan adalah, dari bayi sampai umur 5 tahun aku tidak pernah merasakan yang namanya imunisasi. Kata mamah karena memang pada saat itu posyandu sangat jauh dari rumah kami. dan alasan lain adalah karena memang pada saat aku dilahirkan, ekonomi keluarga sedang tidak stabil, sementara kebutuhan hidup terus meningkat. Tetapi meskipun aku tidak pernah merasakan imunisasi, Alhmdulillah aku masih bisa merasakan indahnya dunia sampai saat ini.
Berbicara tentang tempat lahirku, yaitu Paren. Paren adalah salah satu desa yang berada di seruyan kabupaten kuala pembuang yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah. Paren terletak antara jalur4 sungai. Desa yang masih asri, sejuk dan nyaman ketika berada desa ini. Banyak yang bilang sih Paren sekarang tidak sama seperti Paren yang dulu. Yang mana dulu banyak pepohonan yang hijau sekarang menjadi kebun kelapa sawit
Kemudian ketika aku berumur 6 tahun, aku di rawat oleh nenek dan kakek dari mamahku, karena dulu mamah sangat susah mengurus kami bertiga dan akhirnya aku yang di ungsikan untuk tinggal bersama nenek, supaya sedikit meringankan beban kedua orangtua. Mau tidak mau aku menuruti apa kata orangtua. Rumah nenek dengan rumahku tidak terlalu jauh, masih di desa paren. Jarak yang bisa ditempuh sekitar 30 menit untuk ke rumah nenek.


Umur 6 tahun aku mulai masuk Sekolah Dasar, aku bersekolah di SD Negeri Sinar Gunung. Aku didaftarkan oleh nenek dan kakek. Hari pertama masuk sekolah aku sangan malu sekali, sekaligus sedih karena hari pertama aku masuk sekolah aku tidak diantar sama orangtua. Aku sedih ketika melihat teman-teman yang lain diantar oleh orangtuanya, sedangkan aku hanya diantar sampai pintu gerbang sekolah saja, kemudian nenek langsung pergi karena nenek mau pergi ke ladang
Mengenai cerita masa kecil, aku memiliki kisah klasik tentang masa kecilku. Sejak aku dilahirkan sampai aku berusia 5 tahun, aku masih tinggal bersama orangtuaku. Masa kecilku aku dikenal sebagai anak yang pendiam dan sangat pemalu, sampai-sampai orang mengibaratkan aku ini seperti gendang, hanya berbunyi ketika dipukul. Dan aku pun membenarkan hal itu, karena memang pada kenyataannya aku seperti itu, aku jarang sekali berbicara.
Hari demi hari aku sekolah, aku sudah mulai terbiasa dengan rutinitas yang biasa dilakukan di rumah nenek. Sedikit cerita, nenek & kakekku adalah orang yang sangat tegas dan disegani sama semua orang, dan mereka sangat taat dalam beribadah. Aku pun bisa membaca Al-Qur’an berkat ajaran mereka.
Hanya 6 bulan aku tinggal bersama nenek & kakekku. Kemudian aku tinggal bersama orangtuaku lagi. Sebenarnya aku sangat senang ketika ayah menjemputku kala itu, karena aku tidak betah tinggal bersama nenek. Karena menurutku kasih sayang dan perhatian siapapun tidak akan pernah bisa sama dengan perhatian dan kasih sayang mamah dan ayah.
Hari itu, aku mulai sekolah lagi di sekolah yang baru. Saat itu aku bersekolah di SD Negeri Gunungsari di daerah tempat tinggalku, tepatnya di Paren. Aku harus belajar beradaptasi lagi dengan teman yang lainnya. Inilah hal yang tidak aku suka, aku sangat susah sekali beradaptasi dengan orang baru. Tetapi lama kelamaan aku bisa bergaul dengan mereka. Memang semua membutuhkan proses.
Prestasiku disekolah tidak terlalu buruk, Alhamdulillah aku selalu masuk peringkat 3  besar. Tetapi aku sedih, karena semua orang selalu meremehkanku. Mereka tidak pernah percaya dengan prestasi yang aku dapat, dengan alasan karena aku ini adalah anak yang pemalu, mana mungkin bisa masuk peringkat 3 besar.
Tetapi aku bersyukur karena diantara banyak teman yang mermehkanku, Allah memberikan aku 3 orang teman yang sangat peduli denganku. Mereka adalah rijal, asmi dan riko. Mereka bertiga termasuk orang berada, sedangkan aku berasal dari keluarga yang biasa saja. Mereka sangat baik terhadapku, ketika aku tidak membawa uang jajan, mereka selalu memberiku uang. Mereka selalu ada disaat aku susah.
Kelas 3 SD semester akhir, waktu itu aku berusia 8 tahun.  kalau tidak salah hari Kamis tanggal 22 Juni 2005. Itu adalah hari yang sangat menyedihkan bagi keluargaku. Hari itu adalah hari dimana neneku pergi meninggalkan dunia. Hal yang sangat sulit aku percaya bahwa aku sudah tidak memiliki nene. Dunia saat itu seakan-akan seperti mau kiamat, aku sedih sekali saat itu, air mata tak henti-hentinya keluar.
Hari cepat berlalu. Aku dan keluarga sudah mulai terbiasa tanpa kehadiran ayah. Dan kini aku sudah lulus SD, Alhamdulillah aku mendapat peringkat pertama dengan NEM tertinggi. Aku tidak ingat nemnya berapa, tapi yang jelas aku sangat bahagia kala itu. Aku mendapat bingkisan dari bapak dan ibu guru, kalau tidak salah isinya seragam sekolah SMP lengkap dengan alat tulisnya. Mamah memelukku sangat erat. Aku sangat terharu saat itu, dan air mata mulai menetes ketika mamah membisikkan ”mamah bangga sama kamu, Mi.” Padahal menurutku itu belum seberapa, tapi Alhamdulillah kalau itu membuat mamah senang.
Lulus SD, aku melanjutkan sekolah ke jenjang berikutnya yaitu SMP. Aku bersekolah di SMPN SATAP-1 DANAU SEMBULUHT Paren. Jarak dari rumahku ke sekolah sekitar 1 km. Aku menempuhnya dengan bersapeda. Pada saat aku SMP sering sekali terdengar kabar banyak anak Merokok, mabuk dan alhamdulilah aku terhidar dari itu semua kerna aku berpikir itu dapat menyebabkan penyakit pada diri sendiri.
Ketika SMP aku selalu mendapat peringkat 3 besar. Walaupun aku bukan termasuk siswa yang aktif. Ketika hari kelulusan tiba, aku mendapat nilai nem tertinggi kedua. Sedikit kecewa sih, tetapi tidak apa yang terpenting aku lulus SMP dengan nilai yang tidak terlalu buruk.
Tahun 2012 aku sudah lulus SMP. Aku melanjutkan sekolah ke SMK NEGRI SATU DANAU SEMBULUH Tahun 2013. Mengambil jurusan Perkebunan, pada saat pertama masuk aku di daptar sama kakuku yang pertama. Pada hari pertama mos di saat itulah aku memdapatkan teman seorang perempuan yang bernama Siti Anisa Aggun, kami di suruh berpegangan tangan dia orangnya mempunyai badan yang tinggi akupun mersa malu. Setelah selama 3 hari mos itu di laksanakan kami ada pembagian kelas. aku dan teman ku Siti Anisa Anggun sama-sama dapat kelas di ruangan kami menjalin sebuah persahabatan dan duduk satu meja bersampingan.
Setelah beberapa bulan aku sekolah aku mempunyai lagi 3 seorang cewe yang bernama Nuurbaina, Devi dan Nova persahabatan ku bertambah menjadi 4 orang. Alasanku berteman dengan 4 orang cewe aku menghindari teman-teman cowo yang suka mbuk, ngeroko dll. Kami berlima menjalin sebuah persahabatan sampai kami lulus SMK.
Perjalanan dari rumahku ke sekolah sekitar 1 jam dengan naik kendaraan bus sekolah yang di miliki di perusahaan kena orangtua ku berkerja di perusahaan. Kadang-kadang kami sering juga naik truk kerna semakin banyaknya orang yang sekolah, itu berdesak-desakan itu pengalaman yang mengasikan.
Kelas 2 SMK, aku merasakan lagi yang namanya jatuh cinta. Kali ini tidak satu sekolah. Dia bersekolah di SMA Tunas Harapan. Aku kenal dia dari temanku. Dia anak santri, tinggi dan lumayan putih. Awalnya aku tidak suka, tetapi karena dia selalu melemparkan perhatian dan berbicara tentang cinta, aku pernah merasakan yang namanya jatuh cinta terhadap lawan jenis. Pertama kali aku merasakannya adalah ketika aku kelas 2 SMP. Waktu itu mengagumi teman sekelasku, namanya Tia. Dia berbadan tinggi dan berparas cantik. Entah sejak kapan timbul bernih-benih cinta ini, yang jelas aku selalu salah tingkah ketika berada didekatnya. Selang 1 bulan, aku mendengar kabar ternyata dia juga suka sama aku, ah betapa berbunga-bunganya hatiku. Dan akhirnya kamipun resmi pacaran. Tetapi hanya 1 bulan aku pacaran sama dia, dan itupun aku yang memutuskan. Setelah putus sama dia, aku tidak lagi pacaran
Setelah itu aku memutuskan untuk tidak pacaran lagi. Karena menurutku pacaran itu hanya membuang-buang waktu saja. Dan itu juga dilarang oleh agama. Aku selalu bersyukur, karena Allah selalu menjaga dan melindungiku. Alhamdulillah, ketika aku pacaran aku tidak pernah melakukan hal-hal yang biasa dilakukan orang pacaran pada umumnya. Hanya lewat sms dan telpon. Itupun secara sembunyi-sembunyi dari mamah.
Dan inilah aku yang sekarang. Aku dengan kehidupan baruku, aku yang sekarang bukan aku yang dulu. Aku sudah bukan anak kecil lagi, kini aku sudah dewasa, aku sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Aku sudah tahu apa yang harus aku lakukan, walaupun terkadang aku masih labil. Aku selalu berdoa semoga Allah selalu menjaga dan melindungiku, semoga Allah selalu membimbingku dalam penghjrahan ini.
Pada tanggal 13 April 2018 aku melaksanakan ujian nasional (UN). Aku ketakutan menghadapi ujian ini, tetapi aku bawa enjoy aja. Oleh Karena itu, seminggu sebelum UN dilaksanakan aku benar-benar belajar dengan sungguh-sungguh. Karena aku tidak mau mengecewakan keluarga yang telah bersusah payah menyekolahkan ssaya sampai sekarang dengan ikhlas tanpa mengharapkan belas kasihan apapun dari anaknya. Yang selalu menyayangi dan memberikan yang terbaik untuk anaknya. Maka dari itu aku harus memberikan yang terbaik untuk keluarga


Pada tanggal 2 mei 2018 yang mana pada hari itu adalah pengumuman kelulusan, aku berdo’a di dalam hati agar diberi kelulusan dengan nilai yang sesuai kemampuanku. Saya merasa takut, cemas namun aku takut untuk. Melihat teman-teman sekolah sudah membuka amplopnya semuanya bergembira.
Ketika aku menerima amplop tersebut dari wali kelas jantungku berdebar semakin kencang, perlahan aku membukanya dengan membaca bismillah dan berdo’a kepada Allah sambil berharap diluluskan. Setelah mengetahui isi amplop tersebut, alhamdulillah akhirnya semua perasaan itu lega. Aku sangat bersyukur karena Allah SWT telah menjawab do’a saya, tidak sabar saya ingin membagi kebahagiaan ini kepada keluarga dirumah. Aku segera pulang menemui orang tua dan memberi tahu bahwa Aku lulus walaupun dengan nilai pas-pasan.
Setelah lulus SMK, aku ingin sekali melanjutkan kuliah, tapi apalah daya ekonomi orang tua tidak bisa di paksakan, aku berkerja ikut paman memasar ikan bolak balik dari kampung ke kota. Setelah beberapa lama ada program dari Al-Azhar yaitu ustadz Muklis menawarkan untuk Pergi ke Jakarta atau Rumah Gemilang Indonesia yang sering di singkat dengan (RGI). Sebelumnya kakaku juga pernah belajar di RGI angkatan 19 yang benama Hernisa. Yang mana dulunya dia mengambil jurusan Tatabusana. Sehingga pada angkatan 19 aku mminat mau ke RGI mungkin setelah belajar di RGI bisa mendapatkan kerjaan yang layak dan bisa melanjudkan kuliah.

Pada Tanggal 2 juli aku bernagkat ke RGI. Akhirnya ekarang aku sedang mengikuti diklat di Rumah Gemilang Indonesia di Kota Depok hingga sampai sekarang ini. Jurusan yang aku pilih adalah Aplikasi Perkantoran. RGI bisa dibilang seperti pondok pesantren. Aku betah disini, karena aku sangat menyukai kehidupan seperti ini. Semoga lulusnya dari RGI aku bisa mendapatkan skill dan ilmu agamaku bertambah. Harapanku kedepannya semoga aku mendapat pekerjaan dan bisa melanjutkan kuliah dengan uang aku sendiri. Amin......

Bersambung...
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kejujuran, Bukti Kebenaran Nabi Muhammad Rasulullah saw

Rasulullah saw memiliki tingkat derajat kekuatan rohani dan kesempurnaan batin serta akhlak yang sempurna (QS 68:4), sehingga tidak heran ...